Skip links

Grebeg Syawal Keraton Kasunanan Surakarta

Grebeg Syawal adalah suatu hajatan berupa syukuran untuk mengakhiri bulan suci Ramadhan. Seperti namanya, acara tersebut dilakukan pada bulan Syawal, yakni bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriyah dan penanggalan Jawa. Grebeg Syawal diadakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta setiap tahun, dimana disimbolkan dengan dua gunungan yang selalu diperebutkan masyarakat di akhir upacara.

Gunungan pertama berbentuk runcing menyerupai tumpeng, menggambarkan lingga yang disebut gunungan Jaler (laki-laki), yang berisi aneka hasil bumi seperti kacang panjang, wortel, cabe merah besar, tebu, telor asin, klenyem (dari bahan singkong diisi gula jawa). Sedangkan di dalam bagian bawah gunungan berisi tumpeng nasi putih beserta lauk-pauk.

Baca juga: Jolenan Somongari Tradisi di Desa Purworejo

Gunungan kedua berbentuk tumpul menyerupai kubah, melambangkan yoni yang disebut gunungan Estri (perempuan), terdiri dari rangkaian rengginang mentah atau criping dari ketan yang ditusuk dengan bilah bambu. Kemudian pada bagian bawah gunungan sama dengan gunungan pertama, yaitu berisi nasi beserta lauk pauk.

Kedua gunungan digunakan sebagai simbol rasa syukur Raja beserta kawula dan seluruh abdi dalem Keraton yang sudah behasil menyelesaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Tradisi tersebut merupakan warisan turun temurun dari Sultan Agung pada jaman kerajaan Mataram, yang kemudian terus dilestarikan hingga sekarang.

Grebeg berasal dari bahasa Jawa, yakni dari kata gembrebeg atau gumerebeg, yang artinya sergap, atau juga bermakna kegaduhan dari asal kata gumbrebeg. Karena dalam upacara grebeg tersebut selalu diakhiri dengan kegaduhan dengan berlangsungnya rebutan gunungan oleh masyarakat, baik itu aktivitas saling dorong atau teriakan dan suara tawa yang mengiringi puncak upacara tersebut.

Baca juga: Wayang Topeng Kedung Panjang Kesenian Khas Pati

Tradisi saling berebut bertujuan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan, melalui simbol-simbol yang diwujudkan dari aneka hasil bumi dan makanan yang menghiasi kedua gunungan. Prosesi ini sangat ditunggu oleh masyarakat dari berbagai daerah termasuk warga sekitar Keraton. Meskipun menurut beberapa abdi dalem terlihat peminatnya terus menurun dibandingkan beberapa upacara tahun-tahun sebelumnya.

Prosesi upacara grebeg Syawal dimulai dengan mengarak kedua gunungan dari dalam Keraton yang dikawal oleh prajurit dengan persenjataan pedang, tombak dan panah serta diawali oleh barisan musik drum band Keraton dengan komandannya yang meniup terompet untuk membuka jalannya kirab menuju Masjid Ageng melewati Siti Hinggil dan alun-alun utara.

Setelah memasuki halaman Masjid Ageng Solo, kemudian kedua gunungan dibawa masuk ke area dalam di beranda Masjid. Dengan dipimpin ulama Keraton, doa-doa dipanjatkan sebagai ucap syukur serta memohon keselamatan serta berkah dari Tuhan untuk Raja dan seluruh rakyatnya, atau secara umum untuk masyarakat Solo Raya.

Baca juga: TARIAN KLASIK KERATON KASUNANAN: BEDHOYO ANGLIR MENDUNG

Setelah upacara doa bersama dipanjatkan, kedua gunungan dibawa keluar menuju halaman depan Masjid untuk diperebutkan masyarakat yang sudah menunggu sejak pagi. Gunungan yang diperebutkan di halaman Masjid adalah gunungan Jaler, sedangkan gunungan Estri diarak kembali menuju Kamandungan (halaman depan Keraton) dan akan diperebutkan oleh masyarakat yang sudah menunggu disana.

Tradisi Grebeg Syawal memberi sebuah kenangan kemeriahan lebaran. Selain sebagai tontonan,  beberapa pandangan mengungkap tradisi ini merupakan sebuah tatanan serta tuntunan yang masih terus dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya dengan nilai sejarah atas keberadaannya. Keraton Kasunanan Surakarta tetap akan terus mengucap syukur setiap tahun disaat lebaran tiba, dan memohon berkah serta keselamatan untuk semua. Gunungan pun akan selalu ditunggu masyarakat yang masih merindukan kegaduhan dan mengharapkan berkah yang melimpah dengan rela saling berdesakan dibawah terik matahari saat upacara Grebeg Syawal tiba berikutnya. (Saf)

Sumber & Gb. headline: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/

Leave a comment

Name*

Website

Comment